1. 2. 1. 2.
Love Math Love Life
Mathematics Life Style : Analisis Korelasi Sederhana

Minggu, 11 Oktober 2015

Analisis Korelasi Sederhana



    A.   Koefesien Korelasi Sederhana

1.    Pengertian Korelasi Sederhana (KK)
Tinggi-rendah, kuat-lemah, atau besar –kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefesien) yang disebut angka indeks korelasi atau coeffesient of correlation, yang disimbolkan dengan ρ (baca Rho, untuk populasi) atau r untuk sempel (Ating Somantri, 2006:206)  

Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan ±1,00 (artinya paling tinggi ±1,00 dan paling rendah 0). Dengan catatan: Perhatikan tanda plus minus (±) pada Angka Indeks Korelasi. Tanda plus minus pada Angka Indeks Korelasi ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah korelasi, jadi bukan sebagai tanda  Aljabar.
·         Apabila angka indeks korelasi bertanda plus/+ maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah.

·         Apabila angka indeks korelasi bertanda minus/- maka korelasi tersebut negatif dan arah korelasi berlawanan arah
·         Apabila angka indeks korelasi sama dengan 0, maka hal ini menunjukkan tidak ada korelasi.

2.    Jenis-Jenis Koefesien Korelasi Sederhana

a.    Koefesien Korelasi Pearson Product Moment
Koefesien Korelasi Sederhana disebut juga dengan Koefesien Korelasi Pearson karena rumus perhitungan koefesien korelasi sederhana ini dikemukakan oleh Karl Pearson yaitu seorang ahli Matematika yang berasal dari inggris. Rumus yang digunakan untuk menghitung Koefesien Korelasi Sederhana adalah sebagai berikut:
  Image result for koefisien korelasi product moment
Dimana:
n = banyaknya pasangan data X dan Y
ƩX = Total jumlah dari Variabel X
ƩY = Total jumlah dari Variabel Y
ƩX2 = kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
ƩY2 =Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
ƩXY = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel 

Contoh Kasus Analisis Korelasi Sederhana:
Seorang Engineer ingin mempelajari apakah adanya pengaruh suhu ruangan terhadap jumlah cacat yang dihasilkan dan juga ingin mengetahui keeratan serta bentuk hubungan antara dua variabel tersebut. Engineer tersebut kemudian mengambil data selama 30 hari terhadap rata-rata (mean) suhu ruangan dan jumlah cacat produksi seperti dibawah ini:
Tanggal
Rata-rata Suhu Ruangan
Jumlah Cacat
1
24
10
2
22
5
3
21
6
4
20
3
5
22
6
6
19
4
7
20
5
8
23
9
9
24
11
10
25
13
11
21
7
12
20
4
13
20
6
14
19
3
15
25
12
16
27
13
17
28
16
18
25
12
19
26
14
20
24
12
21
27
16
22
23
9
23
24
13
24
23
11
25
22
7
26
21
5
27
26
12
28
25
11
29
26
13
30
27
14
Penyelesaian:
Tanggal
Rata-rata Suhu Ruangan (X)
Jumlah Cacat    (Y)
X2
Y2
XY
1
24
10
576
100
240
2
22
5
484
25
110
3
21
6
441
36
126
4
20
3
400
9
60
5
22
6
484
36
132
6
19
4
361
16
76
7
20
5
400
25
100
8
23
9
529
81
207
9
24
11
576
121
264
10
25
13
625
169
325
11
21
7
441
49
147
12
20
4
400
16
80
13
20
6
400
36
120
14
19
3
361
9
57
15
25
12
625
144
300
16
27
13
729
169
351
17
28
16
784
256
448
18
25
12
625
144
300
19
26
14
676
196
364
20
24
12
576
144
288
21
27
16
729
256
432
22
23
9
529
81
207
23
24
13
576
169
312
24
23
11
529
121
253
25
22
7
484
49
154
26
21
5
441
25
105
27
26
12
676
144
312
28
25
11
625
121
275
29
26
13
676
169
338
30
27
14
729
196
378
Total
699
282
16487
3112
6861
Kemudian hitung koefisien korelasi berdasarkan rumus korelasi diatas.
 
Sehingga didapatkan koefisien korelasi antara suhu ruangan dan jumlah cacat produksi adalah 0.955, berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan erat dan bentuk hubungannya adalah linear positif.

b.    Korelasi Rank (Peringkat)
Misalkan ada dua orang, berkata joni dan tono, yang sama-sama penggemar rokok. Kedua orang tersebut diminta untuk memberikan nilai terhadap 10 merk rokok. Rokok yang paling digemari diberi nilai 1 dan seterusnya sampai pada rokok yang tidak disenangi diberi nilai 10. Dengan perkataan lain, joni dan tono diminta untuk memberikan rank (peringkat). Pemberian rank ini bisa dibalik, maksudnya untuk rokok yang tidak di senangi diberi nilai 1. Hasil pemberian rank adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1: Rank hipotesis nilai rokok joni dan tono
Nomor urut
Merk rokok
Rank dari joni
Rank dari tono
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Kansas
9
8
2
Jarum
5
3
3
555
10
9
4
Bentoel
1
2
5
Mascot
8
7
6
Marlboro
7
10
7
Salem
3
4
8
Kent
4
6
9
Gudang Garam
2
1
10
DUNHILL
6
5
Apabila dibuat koefisien korelasi antara rank dari joni dan tono terhadap 10 merek rokok tersebut, maka akan diperoleh koefisien korelasi rokok.
Image result for koefisien korelasi rank


c.    Koefesien Korelasi Kontingensi
Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk data nominal (data kualitatif).
Disimbolkan dengan C dan dirumuskan:


d.    Koefesien Penemu (KP) atau Koefesien Deterrminasi (R)
Apabila koefisien korelasi dikuadratkan, akan menjadi koefisien penentu (KP) atau koefisien determinai, yang artinya penyebab perubahan pada variabel Y yang datang dari variabel X, sebesar kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien penentu ini menjelaskan besarnya pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terhadap naik/turunnya (variasi) nilai variabel lainnya (variabel Y).
Dirumuskan:


       B.    Koefesien Korelasi Data Berkelompok
Rumus untuk menhitung koefisien korelasi yang sudah dibahas sebelumnya adalah untuk data yang tidak berkelompok (data yang belum disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, dengan menggunakan kelas-kelas atau katagori-kategori). Untuk data yang berkelompok rumusnya adalah sebagai berikut :
 
C.   Korelasi Data Kualitatif
Untuk data kualitatif yang dipergunakan dalam mengukur kuatnya hubungan disebut Contingency Coefficient (Koefisien Bersyarat) yang mempunyai pengertian sama seperti koefesien korelasi (Supranto, 2000:167). 
Telah disebut diatas bahwa koefisien bersyarat (Cc), dipergunakan untuk mengukur kuatnya hubungan data kualitatif yang mempunyai arti seperti koefisien korelasi, di mana nilai Cc sebesar nol, yang berarti tidak ada hubungan. Akan tetapi, batas atas Cc tidak sebesar satu, tergantung atau sebagai fungsi banyaknya kategori (baris atau kolom).

     F .    Koefesien Korelasi Creamer
Koefisien ini merupakan sebuah ukuran dari derajat hubungan atau korelasi antara dua variable.  Korelasi ini digunakan pada data dimana satu atau kedua variabel berskala nominal dan dihitung dari sebuah tabel kontingensi.  Dalam bentuk tabel kontingensi, kita akan mencari nilai harapan (expected value) untuk setiap cell-nya.  Semakin besar perbedaan antara nilai harapan dengan nilai observasi (observed value), maka akan semakin besar pula derajat hubungan antara dua variable yang sekaligus berarti semakin besar pula nilai koefisien cramernya.  Ketika datanya adalah data kualitatif (data berskala ordinal) maka besar hubungan dua variabel dapat dicari dengan korelasi Spearman atau korelasi Kendall Tau, dan ketika datanya adalah data kuantitatif (data berskala interval atau rasio) dan kedua variabel adalah bivariat yang berdistribusi normal maka besar hubungan dua variabel dapat dicari dengan korelasi Pearson. 

Formula koefisien cramer adalah sebagai berikut:

 


Keterangan:

 r  = banyaknya baris (row)
c  = banyaknya kolom (column)
O = nilai observasi (observed value)
E = nilai harapan yang diperkirakan (expected value)
N = jumlah seluruh observasi
L = banyaknya minimum baris atau kolom pada tabel kontingensi.



Daftar Pustaka:
Supranto,J. 2000.Statistik Teori dan Aplikasi.Jakarta:Erlangga

Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian.Bandung: Cv Pustaka Setia

Hidayatullah Akbar, Yopi. Perhitungan Uji Statistik. http://jobscream.blogspot.co.id/2013/01/contoh-perhitungan-statistik-uji-rank.html. Diakses pada 30 September 2015
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar