A.
Koefesien
Korelasi Sederhana
1.
Pengertian
Korelasi Sederhana (KK)
Tinggi-rendah,
kuat-lemah, atau besar –kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat
besar kecilnya suatu angka (koefesien) yang disebut angka indeks korelasi atau coeffesient of correlation, yang
disimbolkan dengan ρ (baca Rho, untuk
populasi) atau r untuk sempel (Ating Somantri, 2006:206)
Angka
korelasi berkisar antara 0 sampai dengan ±1,00 (artinya paling tinggi ±1,00 dan
paling rendah 0). Dengan catatan: Perhatikan tanda plus minus (±) pada Angka Indeks Korelasi. Tanda plus minus pada Angka Indeks Korelasi
ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah korelasi, jadi bukan sebagai
tanda Aljabar.
·
Apabila angka indeks korelasi bertanda plus/+
maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah.
·
Apabila angka indeks korelasi bertanda
minus/- maka korelasi tersebut negatif dan arah korelasi berlawanan arah
2.
Jenis-Jenis
Koefesien Korelasi Sederhana
a.
Koefesien
Korelasi Pearson Product Moment
Koefesien
Korelasi Sederhana disebut juga dengan Koefesien Korelasi Pearson karena rumus
perhitungan koefesien korelasi sederhana ini dikemukakan oleh Karl Pearson
yaitu seorang ahli Matematika yang berasal dari inggris. Rumus yang digunakan
untuk menghitung Koefesien Korelasi Sederhana adalah sebagai berikut:
Dimana:
n
= banyaknya pasangan data X dan Y
ƩX
= Total jumlah dari Variabel X
ƩY
= Total jumlah dari Variabel Y
ƩX2
= kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
ƩY2
=Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
ƩXY
= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
Contoh Kasus Analisis
Korelasi Sederhana:
Seorang
Engineer ingin mempelajari apakah adanya pengaruh suhu ruangan terhadap jumlah
cacat yang dihasilkan dan juga ingin mengetahui keeratan serta bentuk hubungan
antara dua variabel tersebut. Engineer tersebut kemudian mengambil data selama
30 hari terhadap rata-rata (mean) suhu ruangan dan jumlah cacat produksi seperti
dibawah ini:
Tanggal
|
Rata-rata Suhu Ruangan
|
Jumlah Cacat
|
1
|
24
|
10
|
2
|
22
|
5
|
3
|
21
|
6
|
4
|
20
|
3
|
5
|
22
|
6
|
6
|
19
|
4
|
7
|
20
|
5
|
8
|
23
|
9
|
9
|
24
|
11
|
10
|
25
|
13
|
11
|
21
|
7
|
12
|
20
|
4
|
13
|
20
|
6
|
14
|
19
|
3
|
15
|
25
|
12
|
16
|
27
|
13
|
17
|
28
|
16
|
18
|
25
|
12
|
19
|
26
|
14
|
20
|
24
|
12
|
21
|
27
|
16
|
22
|
23
|
9
|
23
|
24
|
13
|
24
|
23
|
11
|
25
|
22
|
7
|
26
|
21
|
5
|
27
|
26
|
12
|
28
|
25
|
11
|
29
|
26
|
13
|
30
|
27
|
14
|
Penyelesaian:
Tanggal
|
Rata-rata Suhu Ruangan (X)
|
Jumlah Cacat (Y)
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1
|
24
|
10
|
576
|
100
|
240
|
2
|
22
|
5
|
484
|
25
|
110
|
3
|
21
|
6
|
441
|
36
|
126
|
4
|
20
|
3
|
400
|
9
|
60
|
5
|
22
|
6
|
484
|
36
|
132
|
6
|
19
|
4
|
361
|
16
|
76
|
7
|
20
|
5
|
400
|
25
|
100
|
8
|
23
|
9
|
529
|
81
|
207
|
9
|
24
|
11
|
576
|
121
|
264
|
10
|
25
|
13
|
625
|
169
|
325
|
11
|
21
|
7
|
441
|
49
|
147
|
12
|
20
|
4
|
400
|
16
|
80
|
13
|
20
|
6
|
400
|
36
|
120
|
14
|
19
|
3
|
361
|
9
|
57
|
15
|
25
|
12
|
625
|
144
|
300
|
16
|
27
|
13
|
729
|
169
|
351
|
17
|
28
|
16
|
784
|
256
|
448
|
18
|
25
|
12
|
625
|
144
|
300
|
19
|
26
|
14
|
676
|
196
|
364
|
20
|
24
|
12
|
576
|
144
|
288
|
21
|
27
|
16
|
729
|
256
|
432
|
22
|
23
|
9
|
529
|
81
|
207
|
23
|
24
|
13
|
576
|
169
|
312
|
24
|
23
|
11
|
529
|
121
|
253
|
25
|
22
|
7
|
484
|
49
|
154
|
26
|
21
|
5
|
441
|
25
|
105
|
27
|
26
|
12
|
676
|
144
|
312
|
28
|
25
|
11
|
625
|
121
|
275
|
29
|
26
|
13
|
676
|
169
|
338
|
30
|
27
|
14
|
729
|
196
|
378
|
Total
|
699
|
282
|
16487
|
3112
|
6861
|
Kemudian hitung koefisien korelasi berdasarkan rumus korelasi diatas.
Sehingga didapatkan koefisien korelasi antara suhu ruangan dan jumlah cacat produksi
adalah 0.955, berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan erat dan bentuk
hubungannya adalah linear positif.
b.
Korelasi Rank (Peringkat)
Misalkan ada dua
orang, berkata joni dan tono, yang sama-sama penggemar rokok. Kedua orang
tersebut diminta untuk memberikan nilai terhadap 10 merk rokok. Rokok yang
paling digemari diberi nilai 1 dan seterusnya sampai pada rokok yang tidak
disenangi diberi nilai 10. Dengan perkataan lain, joni dan tono diminta untuk
memberikan rank (peringkat). Pemberian
rank ini bisa dibalik, maksudnya untuk rokok yang tidak di senangi diberi nilai
1. Hasil pemberian rank adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1: Rank
hipotesis nilai rokok joni dan tono
Nomor
urut
|
Merk
rokok
|
Rank
dari joni
|
Rank
dari tono
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
1
|
Kansas
|
9
|
8
|
2
|
Jarum
|
5
|
3
|
3
|
555
|
10
|
9
|
4
|
Bentoel
|
1
|
2
|
5
|
Mascot
|
8
|
7
|
6
|
Marlboro
|
7
|
10
|
7
|
Salem
|
3
|
4
|
8
|
Kent
|
4
|
6
|
9
|
Gudang
Garam
|
2
|
1
|
10
|
DUNHILL
|
6
|
5
|
Apabila
dibuat koefisien korelasi antara rank dari joni dan tono terhadap 10 merek
rokok tersebut, maka akan diperoleh koefisien
korelasi rokok.
c.
Koefesien
Korelasi Kontingensi
Koefisien
korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel
yang datanya berbentuk data nominal (data kualitatif).
Disimbolkan
dengan C dan dirumuskan:
d.
Koefesien
Penemu (KP) atau Koefesien Deterrminasi (R)
Apabila
koefisien korelasi dikuadratkan, akan menjadi koefisien penentu (KP) atau
koefisien determinai, yang artinya penyebab perubahan pada variabel Y yang
datang dari variabel X, sebesar kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien penentu
ini menjelaskan besarnya pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terhadap
naik/turunnya (variasi) nilai variabel lainnya (variabel Y).
Dirumuskan:
B.
Koefesien
Korelasi Data Berkelompok
Rumus
untuk menhitung koefisien korelasi yang sudah dibahas sebelumnya adalah untuk
data yang tidak berkelompok (data yang belum disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi, dengan menggunakan kelas-kelas atau katagori-kategori). Untuk data
yang berkelompok rumusnya adalah sebagai berikut :
C.
Korelasi
Data Kualitatif
Untuk
data kualitatif yang dipergunakan dalam mengukur kuatnya hubungan disebut Contingency Coefficient (Koefisien
Bersyarat) yang mempunyai pengertian sama seperti koefesien korelasi
(Supranto, 2000:167).
Telah
disebut diatas bahwa koefisien bersyarat (Cc), dipergunakan untuk
mengukur kuatnya hubungan data kualitatif yang mempunyai arti seperti koefisien
korelasi, di mana nilai Cc sebesar nol, yang berarti tidak ada
hubungan. Akan tetapi, batas atas Cc tidak sebesar satu, tergantung
atau sebagai fungsi banyaknya kategori (baris atau kolom).
F .
Koefesien
Korelasi Creamer
Koefisien ini merupakan sebuah ukuran dari derajat hubungan
atau korelasi antara dua variable. Korelasi ini digunakan pada data
dimana satu atau kedua variabel berskala nominal dan dihitung dari sebuah tabel
kontingensi. Dalam bentuk tabel kontingensi, kita akan mencari nilai
harapan (expected value) untuk setiap cell-nya. Semakin besar
perbedaan antara nilai harapan dengan nilai observasi (observed value),
maka akan semakin besar pula derajat hubungan antara dua variable yang
sekaligus berarti semakin besar pula nilai koefisien cramernya. Ketika
datanya adalah data kualitatif (data berskala ordinal) maka besar hubungan dua
variabel dapat dicari dengan korelasi Spearman atau korelasi Kendall Tau, dan
ketika datanya adalah data kuantitatif (data berskala interval atau rasio) dan
kedua variabel adalah bivariat yang berdistribusi normal maka besar hubungan
dua variabel dapat dicari dengan korelasi Pearson.
Formula koefisien cramer adalah sebagai berikut:
Keterangan:
r = banyaknya baris (row)
c = banyaknya kolom (column)
O = nilai observasi (observed
value)
E = nilai harapan yang
diperkirakan (expected value)
N = jumlah seluruh observasi
L = banyaknya minimum baris atau
kolom pada tabel kontingensi.
Daftar
Pustaka:
Supranto,J. 2000.Statistik Teori dan Aplikasi.Jakarta:Erlangga
Somantri,
Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi
Statistika dalam Penelitian.Bandung: Cv Pustaka Setia
Hidayatullah
Akbar, Yopi. Perhitungan Uji Statistik.
http://jobscream.blogspot.co.id/2013/01/contoh-perhitungan-statistik-uji-rank.html.
Diakses pada 30 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar